Pemerintah Wujudkan Generasi Muda Sehat Lewat Program MBG

0

*) Oleh: Dwiki Adisaputro

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi langkah strategis pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam menyiapkan fondasi generasi muda Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. Di tahun pertamanya, lebih dari 1,4 miliar porsi makanan bergizi telah tersaji bagi jutaan anak sekolah, ibu hamil, dan balita di seluruh pelosok negeri dan hal ini menjadi sebuah capaian monumental yang menunjukkan keseriusan negara hadir di meja makan rakyatnya.

Pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) melaporkan capaian yang sangat menggembirakan. Hingga Oktober 2025, lebih dari 1,4 miliar porsi makanan bergizi telah tersaji kepada 36,7 juta penerima manfaat yang terdiri dari anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Angka ini merepresentasikan keseriusan negara hadir dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.

Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan bahwa program MBG bukan semata soal “makan siang gratis”, melainkan investasi jangka panjang untuk mencetak generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif. Akses gizi yang cukup di masa pertumbuhan sangat menentukan kapasitas intelektual dan produktivitas seseorang di masa depan. Dengan menempatkan gizi sebagai prioritas nasional, negara sejatinya sedang membangun fondasi daya saing bangsa. MBG menjadi wujud konkret dari pembangunan manusia yang selama ini hanya sebatas slogan. Kini, rakyat menyaksikan kehadiran negara di meja makan mereka.

Namun, keunggulan MBG tidak berhenti di aspek kesehatan dan pendidikan. Program ini juga menjelma menjadi motor penggerak ekonomi rakyat. Hingga saat ini, 11.570 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah aktif di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Jaringan SPPG ini membuka ruang bagi 394.748 lapangan kerja baru, melibatkan petani lokal, peternak, pengrajin, hingga penyaji makanan. Presiden Prabowo bahkan optimistis bahwa pada awal 2026, jumlah tenaga kerja yang terserap dari ekosistem MBG bisa mencapai 1,5 juta orang. Optimisme ini bukan tanpa dasar, karena tren perputaran ekonomi lokal terus meningkat seiring kebutuhan bahan baku dan logistik program.

Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian UKM, Riza Damanik, menyebutkan bahwa 85 persen dari total anggaran MBG dialokasikan untuk pengadaan bahan baku dari sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan, dengan target minimal 60 persen berasal dari produk UMKM. Dengan demikian, MBG tidak hanya menyalurkan makanan bergizi, tetapi juga memperkuat rantai pasok inklusif yang memutar roda ekonomi hingga ke pelosok desa.

Pemerintah telah menorehkan capaian signifikan di tahap awal. Peneliti dari Indonesian Public Institute, Abdan Sakura, mencatat bahwa hingga September 2025, realisasi MBG baru mencapai 18,3 persen dari total anggaran Rp71 triliun dalam APBN 2025. Penerima manfaat yang sudah dijangkau mencapai 5,58 juta orang dari target total 82,9 juta. Angka ini tidak boleh dimaknai sebagai kegagalan, melainkan sebagai pijakan awal menuju sistem perlindungan sosial yang lebih luas dan terukur.

Selain MBG, pemerintah juga menjalankan Program Ketahanan Gizi (PKG) dengan anggaran Rp3,4 triliun, yang telah menjangkau lebih dari 415 ribu warga di hampir seluruh provinsi. Abdan menilai, langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah memperkuat sistem gizi nasional, baik melalui peningkatan mutu layanan maupun transparansi anggaran. Dengan pengawasan yang terus diperbaiki dan sistem audit terbuka, kualitas pelaksanaan MBG diprediksi akan makin meningkat dalam waktu dekat.

Pemerintahan Prabowo-Gibran juga menegaskan bahwa kebijakan ini adalah bentuk nyata pelaksanaan semangat keadilan sosial dalam sila kelima Pancasila. Ketika anak-anak dari Papua hingga Aceh bisa memperoleh asupan gizi yang layak, saat itulah prinsip kesetaraan benar-benar hadir di ruang publik. MBG menjadi simbol kehadiran negara yang tidak diskriminatif, menyentuh semua lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial, agama, maupun geografi.

Presiden Prabowo dalam pidatonya yang menandai satu tahun pemerintahannya menegaskan bahwa fondasi ekonomi Indonesia tetap kokoh di tengah ketidakpastian global. Ia menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih berada di kisaran 5 persen atau salah satu yang tertinggi di antara negara-negara anggota G20. Indonesia juga mampu menjaga inflasi di sekitar 2 persen, termasuk yang terendah di G20. Menurutnya, capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh pihak yang berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kondisi ekonomi yang stabil menjadi landasan kuat bagi keberlanjutan program sosial seperti MBG. Ketika inflasi terkendali dan pertumbuhan ekonomi tetap positif, pemerintah memiliki ruang fiskal yang memadai untuk melanjutkan program pembangunan manusia yang berkelanjutan. Di titik inilah, MBG dan kebijakan ekonomi makro saling menopang: gizi yang cukup melahirkan tenaga kerja produktif, dan ekonomi yang sehat memastikan kesinambungan program gizi nasional.

Pemerintah terus menyempurnakan tata kelola dan mutu pelaksanaan MBG. Namun yang tak boleh diabaikan, langkah pertama sudah diambil dan arah kebijakan sudah tepat. Masyarakat diharapkan terus mendukung dan mengawal pelaksanaan MBG, bukan hanya sebagai penerima manfaat, tetapi sebagai bagian dari gerakan nasional untuk menciptakan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan bahagia menuju Indonesia Emas 2045.

*) Pengamat Kebijakan Publik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *