Merawat Kondusivitas Papua Menyambut Natal dan Tahun Baru
Oleh: Sylvia Mote *)
Menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, suasana kehidupan masyarakat di Papua mulai diwarnai oleh aktivitas keagamaan, sosial, dan kebersamaan. Momentum akhir tahun ini menjadi waktu yang dinantikan banyak pihak untuk beribadah, berkumpul dengan keluarga, serta merayakan pergantian tahun dalam suasana penuh sukacita. Agar seluruh rangkaian kegiatan tersebut dapat berlangsung dengan nyaman dan tenang, terciptanya situasi yang aman dan tertib menjadi bagian penting dari kehidupan bersama yang perlu dijaga secara kolektif.
Natal bagi masyarakat Papua bukan sekadar perayaan keagamaan, melainkan momentum spiritual dan sosial yang memperkuat ikatan kebersamaan. Oleh karena itu, situasi yang aman dan damai menjadi prasyarat utama agar umat Kristiani dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk dan penuh ketenangan. Pandangan ini disampaikan oleh Pendeta Dr. Yones Wenda, yang menegaskan pentingnya peran seluruh elemen masyarakat dalam menjaga kedamaian Papua menjelang Nataru. Ia menilai bahwa keamanan bukan hanya urusan aparat, tetapi tanggung jawab moral bersama yang menuntut partisipasi tokoh agama, tokoh adat, pemuda, dan masyarakat luas.
Seruan tersebut mencerminkan kesadaran bahwa stabilitas sosial tidak dapat dibangun secara sepihak. Sinergi antara masyarakat dan aparat keamanan menjadi kunci untuk mencegah potensi gangguan, terutama pada momentum hari besar keagamaan yang kerap dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menciptakan keresahan. Dukungan tokoh agama terhadap upaya pengamanan juga memperlihatkan bahwa pendekatan keamanan yang humanis dan dialogis masih menjadi fondasi penting dalam menjaga harmoni di Papua.
Dalam pandangan Pendeta Yones Wenda, menjaga kondusivitas tidak dapat dilepaskan dari perhatian pemerintah pusat terhadap Papua melalui berbagai kebijakan pembangunan. Ia menilai bahwa program-program pemerintah yang selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto telah memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Pembangunan yang menyentuh kebutuhan dasar, meningkatkan kesejahteraan, serta dilakukan secara berkeadilan dinilai mampu memperkuat rasa kepercayaan publik. Kepercayaan inilah yang menjadi modal sosial penting untuk merawat kedamaian dan menutup ruang bagi provokasi yang berpotensi memecah persatuan.
Kesadaran kolektif menjaga keamanan juga tercermin dari aspirasi masyarakat di tingkat lokal. Di Kabupaten Tambrauw, warga menyampaikan dukungan terhadap kinerja kepolisian sekaligus harapan agar patroli keamanan ditingkatkan di titik-titik rawan menjelang Nataru. Tokoh masyarakat Sausapor, Vincent Tius Teniwut, menyoroti potensi gangguan kamtibmas yang sering dipicu oleh konsumsi minuman beralkohol pada masa perayaan akhir tahun. Aspirasi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak berada pada posisi pasif, melainkan aktif mendorong kehadiran negara untuk menjaga ketertiban lingkungan.
Permintaan pengamanan rumah ibadah serta pengendalian aktivitas yang berpotensi menimbulkan keributan mencerminkan keinginan kuat masyarakat agar perayaan Natal dan Tahun Baru berlangsung dalam suasana aman, damai, dan bermartabat. Kehadiran aparat kepolisian dalam kegiatan silaturahmi kamtibmas juga dinilai sebagai bentuk perhatian negara yang memperkuat rasa aman warga. Relasi yang terbangun melalui dialog semacam ini menjadi penting untuk memastikan bahwa kebijakan keamanan sejalan dengan kebutuhan riil masyarakat di lapangan.
Komitmen menjaga kondusivitas menjelang Natal dan Tahun Baru juga tercermin dari kesiapsiagaan aparat kepolisian di berbagai wilayah Papua melalui langkah-langkah pengamanan yang terkoordinasi dan terstruktur. Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat, Kombes Pol Ignasius Benny Ady Prabowo, menjelaskan bahwa kepolisian akan menggelar Operasi Lilin sebagai agenda nasional untuk menjamin keamanan seluruh rangkaian kegiatan masyarakat. Meskipun dinamika aktivitas dan mobilitas warga di sejumlah daerah terpantau relatif terkendali, pengamanan tetap menjadi prioritas utama sebagai langkah antisipatif terhadap berbagai potensi gangguan yang dapat mengganggu kenyamanan publik.
Pengamanan yang dilakukan tidak hanya difokuskan pada ibadah dan perayaan, tetapi juga mencakup distribusi logistik serta aktivitas publik lainnya yang meningkat selama libur akhir tahun. Pendekatan ini menunjukkan bahwa kebijakan keamanan pemerintah bersifat menyeluruh dan preventif, bukan sekadar respons terhadap insiden. Kehadiran aparat di lapangan, disertai ajakan kepada masyarakat untuk berperan aktif menjaga ketertiban, menjadi bagian dari strategi membangun rasa aman kolektif.
Dalam cakupan yang lebih luas, upaya menjaga suasana yang tertib dan nyaman di Papua menjelang Nataru memiliki arti penting bagi keberlangsungan kehidupan sosial masyarakat. Papua dengan karakter sosial dan budayanya yang beragam membutuhkan ruang kebersamaan yang tenang agar setiap aktivitas keagamaan, sosial, dan ekonomi dapat berjalan wajar. Kondisi yang terkelola dengan baik akan memberi rasa aman bagi warga sekaligus mendukung kesinambungan berbagai program pembangunan yang tengah berjalan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Momentum Natal dan Tahun Baru juga dapat dimaknai sebagai waktu untuk merefleksikan nilai-nilai hidup berdampingan secara saling menghargai. Ajaran keagamaan yang menekankan kasih, kepedulian, dan kebersamaan sejalan dengan upaya pemerintah dalam menciptakan tata kehidupan sosial yang tertib dan berkeadilan.
Menjaga suasana kondusif menjelang Natal dan Tahun Baru tidak hanya berkaitan dengan momentum perayaan, tetapi juga menyangkut proses membangun kepercayaan dan kebersamaan dalam jangka panjang. Dukungan terhadap kebijakan publik, keterlibatan aparat dalam mengelola ketertiban, serta partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan sosial menjadi bagian dari upaya bersama agar Papua dapat terus berkembang dalam suasana yang rukun dan harmonis.
*) Pengamat Kebijakan Sosial di Papua