Pemerintah Terus Dorong Program MBG Tingkatkan Gizi Anak dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

0

Oleh: Bara Winatha*)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terus menunjukkan dampak positif di berbagai daerah. Tidak hanya memperkuat ketahanan gizi masyarakat, program ini juga terbukti menjadi penggerak ekonomi lokal dengan melibatkan ribuan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam rantai pasok bahan pangan. Dari penjuru negeri, hingga mendapat apresiasi di forum internasional seperti UNCTAD 16 di Jenewa, MBG menjadi simbol keberhasilan Indonesia mengintegrasikan kebijakan sosial dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari mengatakan bahwa program MBG merupakan langkah konkret pemerintah dalam membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari jumlah penerima manfaat, tetapi juga dari seberapa besar partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaannya. Dalam kegiatan sosialisasi di Kabupaten Karawang, Putih menegaskan bahwa masyarakat perlu ikut berperan aktif untuk memastikan keberlanjutan program, mulai dari pengawasan hingga keterlibatan langsung dalam kegiatan dapur MBG di sekolah-sekolah.

MBG menjadi wujud nyata sinergi antara kebijakan sosial dan pemberdayaan ekonomi lokal. Melalui pelibatan pelaku UMKM dan masyarakat sekitar dalam pengadaan bahan pangan, MBG telah membuka peluang baru bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Keberhasilan MBG sangat bergantung pada partisipasi masyarakat dan koordinasi lintas sektor antara pemerintah pusat, daerah, dan lembaga pendidikan. Dengan cara itu, anak-anak tidak hanya mendapatkan makanan bergizi, tetapi masyarakat juga memperoleh manfaat ekonomi yang nyata dari kegiatan produksi dan distribusi makanan.

Pernyataan Putih Sari sejalan dengan fakta di lapangan yang dirasakan langsung oleh para pelaku UMKM. Salah satunya adalah Yulida Khomisah, pelaku usaha tempe di Kota Gunungsitoli, Nias. Ia mengatakan bahwa sejak program MBG dijalankan, pendapatan keluarganya meningkat karena rumah produksi tempenya menjadi salah satu pemasok bahan makanan untuk dapur MBG. Ia bersama suaminya kini rutin memasok tempe dalam jumlah besar untuk ribuan porsi setiap minggu. Yulida mengakui bahwa program MBG telah membawa angin segar bagi UMKM lokal karena membuka rantai pasok baru yang stabil dan berjangka panjang.

Sebagai pelaku usaha yang merasakan langsung dampak MBG, Yulida menilai bahwa program ini bukan sekadar upaya pemenuhan gizi, tetapi juga katalis ekonomi masyarakat kecil. Keberadaan MBG turut melibatkan banyak pihak, mulai dari petani, pedagang pasar, hingga jasa transportasi lokal yang mengantarkan bahan makanan ke dapur MBG. Semua lapisan pelaku ekonomi merasakan perputaran ekonomi baru yang muncul dari kebutuhan rutin program ini. Langkah pemerintah yang menempatkan masyarakat lokal sebagai mitra dalam pelaksanaan program menjadi bukti nyata bahwa MBG tidak hanya berbicara tentang kesehatan, tetapi juga tentang kemandirian ekonomi daerah.

Sementara itu, di level internasional, dukungan terhadap program MBG juga datang dari berbagai lembaga dunia. Dalam pertemuan The Sixteenth Session of the United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD 16) yang digelar di Jenewa pada Oktober 2025, Indonesia mendapat pujian atas keberhasilan menjalankan MBG sebagai contoh nyata kebijakan sosial yang terintegrasi dengan pembangunan ekonomi. Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Wakil Kepala Bappenas Febrian Ruddyard mengatakan bahwa MBG merupakan bentuk nyata dari integrasi kebijakan sosial, perdagangan, dan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Febrian menjelaskan bahwa MBG menunjukkan bagaimana kebijakan perdagangan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, bukan hanya mendorong pertumbuhan ekonomi semata. Melalui pendekatan berbasis permintaan, program ini menciptakan kebutuhan terstruktur terhadap produk pangan lokal—mulai dari hasil pertanian, peternakan, hingga perikanan. Pola ini mampu memperkuat rantai pasok lokal sekaligus memberdayakan pelaku usaha kecil agar lebih kompetitif dan produktif. Dengan demikian, MBG bukan hanya memberikan manfaat sosial berupa pemenuhan gizi, tetapi juga menciptakan multiplier effect di sektor-sektor ekonomi lain.

Dalam paparannya di forum UNCTAD, Febrian menekankan bahwa pendekatan demand-driven yang diterapkan dalam MBG dapat dijadikan model oleh negara-negara berkembang lainnya. Ia menyebut bahwa kebijakan seperti ini memperlihatkan bagaimana strategi pembangunan nasional dapat mengutamakan manusia sebagai pusat pertumbuhan. Dengan meningkatkan permintaan terhadap bahan pangan lokal, pemerintah tidak hanya memperkuat ketahanan gizi, tetapi juga memperluas lapangan kerja dan memperkecil kesenjangan ekonomi antarwilayah.

Hal ini mendapat dukungan dari para delegasi lembaga internasional yang hadir, seperti perwakilan dari World Economic Forum (WEF), World Food Programme (WFP), dan Scaling Up Nutrition Movement (SUN Movement). Mereka menilai bahwa program MBG Indonesia menjadi contoh sukses bagaimana kebijakan sosial dapat berjalan berdampingan dengan tujuan ekonomi dan perdagangan yang berkeadilan. MBG dianggap sebagai inovasi kebijakan publik yang tidak hanya memberikan makan bergizi bagi anak-anak sekolah, tetapi juga membangun sistem ekonomi daerah yang tangguh.

Dampak ekonomi dari program MBG juga mulai dirasakan secara luas di berbagai daerah Indonesia. Berdasarkan data Badan Gizi Nasional (BGN), hingga Oktober 2025 program ini telah menjangkau lebih dari 36 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia, mencakup anak usia PAUD, siswa SD hingga SMA, serta ibu hamil dan balita. Lebih dari 12.500 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) kini beroperasi aktif di berbagai daerah sebagai dapur komunitas yang mengolah dan menyalurkan makanan bergizi setiap hari. Ribuan tenaga kerja lokal terserap dalam kegiatan ini, mulai dari juru masak, petugas distribusi, hingga tenaga administrasi. Program ini benar-benar memberikan efek domino terhadap ekonomi masyarakat kecil.

*)Penulis merupakan pengamat sosial dan kemasyarakatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *