Program MBG Investasi Jangka Panjang Bagi Masa Depan SDM Nasional
Oleh : Rivka Mayangsari )*
Pemerintah terus memperkuat komitmennya dalam membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah terobosan strategis yang tidak hanya menjawab kebutuhan gizi masyarakat saat ini, tetapi juga menjadi fondasi penting bagi ketahanan bangsa di masa mendatang. Dengan cakupan yang semakin luas dan dukungan anggaran yang signifikan, program ini diharapkan mampu menghadirkan perubahan nyata pada kualitas kesehatan generasi penerus bangsa sekaligus memperkuat daya saing nasional di tengah kompetisi global.
Program MBG kini telah menjadi salah satu program pembangunan manusia terbesar dalam sejarah Indonesia. Upaya pemerintah memperluas MBG terus menjadi sorotan publik dan akademisi, sebab program ini bukan hanya terkait distribusi makanan, tetapi juga menyangkut kualitas gizi dan literasi pangan masyarakat. Guru Besar Ilmu Gizi IPB, Prof. Hardinsyah, menegaskan bahwa keberhasilan program nasional ini hanya dapat dicapai jika aspek pengawasan dan edukasi gizi ditingkatkan secara serius. Menurutnya, kebijakan pemenuhan pangan merupakan bentuk tanggung jawab negara untuk memastikan setiap warga memiliki akses terhadap makanan yang sehat, aman, dan bergizi.
Hardinsyah menilai bahwa prinsip tersebut harus menjadi fondasi utama dalam penyelenggaraan MBG di seluruh Indonesia. Ia mengapresiasi capaian pemerintah yang kini telah menjangkau lebih dari 43,8 juta penerima manfaat melalui lebih dari 16 ribu dapur layanan. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tantangan di lapangan tidak dapat diabaikan, terutama terkait konsistensi standar gizi yang harus dipenuhi setiap hari. Untuk itu, penyedia layanan didorong agar mendekati target zero defect dalam penyajian makanan, memastikan menu benar-benar sesuai komposisi yang dirancang setara sepertiga kebutuhan gizi harian.
Tantangan lainnya juga muncul pada distribusi makanan bagi kelompok rentan, seperti ibu hamil dan balita. Hardinsyah mencatat bahwa model distribusi berupa makanan matang yang harus diantarkan ke rumah berpotensi menimbulkan risiko ketidaktepatan sasaran. Sebagai solusi, ia mengusulkan model campuran berupa makanan siap santap yang dikombinasikan dengan bahan pangan mentah sehingga keluarga dapat berpartisipasi dalam pengolahan makanan. Pola ini dinilai lebih adaptif terhadap kondisi sosial budaya masyarakat serta membantu meningkatkan literasi pangan keluarga.
Dengan anggaran mencapai Rp335 triliun yang telah dialokasikan pemerintah untuk tahun 2026, Prof. Hardinsyah optimistis bahwa MBG dapat memberikan dampak besar terhadap kualitas SDM Indonesia. Namun, ia menegaskan bahwa keberhasilan program ini harus dibarengi dengan pengelolaan lapangan yang rapi, mulai dari pengawasan, distribusi, kualitas menu, hingga edukasi bagi masyarakat. Jika seluruh aspek tersebut berjalan secara konsisten, MBG diyakini mampu mencetak generasi yang lebih sehat, lebih tangguh, dan lebih kompetitif di kancah global.
Komitmen untuk memastikan keberhasilan MBG juga disuarakan oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara. Wakil Bupati Maluku Tenggara, Charlos Viali Rahantoknam, menegaskan bahwa Program MBG merupakan bagian penting dari kebijakan pemerintah dalam mewujudkan generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, dan siap bersaing di masa depan. MBG dinilai sebagai intervensi strategis untuk mengatasi tantangan gizi, terutama bagi anak-anak usia sekolah yang sangat membutuhkan asupan gizi seimbang untuk menunjang tumbuh kembang optimal.
Menurut Charlos, dedikasi berbagai pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan MBG mencerminkan komitmen bersama untuk menghapus malnutrisi sekaligus menciptakan generasi anak-anak yang lebih sehat dan berdaya. Program ini bukan sekadar bantuan sosial, tetapi merupakan investasi jangka panjang yang sangat berharga bagi peningkatan kualitas SDM khususnya di wilayah Kei Besar dan Kei Kecil. Karena itu, orang tua dan masyarakat diajak untuk turut mendukung pelaksanaan MBG dengan membiasakan pola makan sehat di lingkungan keluarga.
Charlos berharap agar pelaksanaan MBG dilakukan secara berkelanjutan, transparan, dan akuntabel. Pengelolaan anggaran harus dilakukan dengan tepat sasaran, pendataan dilakukan dengan baik, dan pengawasan dilaksanakan secara rutin. Selain itu, mekanisme pelaporan yang efektif sangat dibutuhkan untuk memastikan tidak ada celah yang dapat menghambat kelancaran program. Ia menegaskan bahwa program ini membutuhkan komitmen besar dari seluruh pemangku kepentingan agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat.
Program MBG pada hakikatnya adalah investasi negara untuk masa depan. Setiap makanan bergizi yang diberikan bukan hanya mengatasi kelaparan sesaat, tetapi juga membentuk kualitas otak, fisik, dan karakter generasi penerus bangsa. Di tengah tantangan globalisasi, ketahanan SDM menjadi modal utama agar Indonesia mampu bersaing, berinovasi, dan berkembang menjadi bangsa maju. Melalui MBG, pemerintah sedang membangun pondasi peradaban sebuah upaya jangka panjang untuk memastikan bahwa anak-anak Indonesia tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.
Dengan penguatan edukasi gizi, peningkatan pengawasan, dan partisipasi aktif masyarakat, masa depan generasi Indonesia dapat ditopang oleh SDM yang lebih unggul. Program MBG menjadi bukti bahwa pemerintah tidak hanya memikirkan kebutuhan saat ini, tetapi juga merancang masa depan bangsa. Sebuah masa depan yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih siap menghadapi tantangan dunia. Inilah investasi terbesar Indonesia: investasi pada manusia.
)* Pemerhati kesehatan masyarakat