Satu Tahun Prabowo -Gibran: Program MBG Dorong Kualitas SDM dan Ekonomi Lokal

0

Oleh : Anggoro Utomo

Memasuki satu tahun pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, salah satu program unggulan yang menjadi sorotan adalah program Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini dirancang untuk menjawab dua tantangan besar sekaligus: meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pemenuhan gizi yang memadai, serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui keterlibatan petani, peternak dan koperasi desa.

Sejak awal, pemerintah menetapkan bahwa pemenuhan gizi menjadi fondasi kuat untuk membangun SDM unggul. Wakil Presiden Gibran menegaskan bahwa pemberian makanan bergizi sejak usia sekolah memiliki dampak langsung terhadap konsentrasi belajar dan kesehatan anak-anak, sehingga akan berdampak positif jangka panjang terhadap kualitas SDM Indonesia.  

Presiden Prabowo menegaskan bahwa Program makan bergizi gratis sudah sampai pada tahap 12.508 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi, SPPG, ataupun unit dapur terpusat, sudah mencapai 12.508 dari target kita 32.000 dan artinya hari ini sudah 1.410.000.000 porsi MBG sudah dimasak dan dibagikan sejak tanggal 6 Januari 2025. Hari ini ada 36.700.000 anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita yang sudah menerima makan bergizi gratis ini. 36.700.000.

Guru-guru dan semua yang terlibat untuk mendidik perlu menegaskan siswa-siswi untuk mencuci tangan dengan sebaik-baiknya. Berarti di tiap sekolah harus tersedia air yang bersih juga dengan sabun.

Manfaatnya mulai dirasakan di banyak daerah. Misalnya, di Provinsi Kalimantan Tengah, Gubernur Kalimantan tengah Sugianto Sabran menyebut bahwa program MBG bukan hanya soal pemenuhan gizi anak-anak, tetapi juga menggerakkan ekonomi daerah, karena melibatkan petani lokal, koperasi dan usaha desa sebagai pemasok bahan baku makanan program tersebut. Dengan demikian, efek domino yang diharapkan bukan hanya meningkatnya kualitas gizi bagi anak-anak, namun juga tumbuhnya permintaan lokal yang memberi manfaat bagi ekonomi sektor pertanian dan peternakan.

Senada, Bupati Bogor, Rudy Susmanto mengatakan bahwa Program MBG tidak hanya berfokus pada peningkatan kualitas kesehatan anak sekolah, tetapi juga menjadi strategi cerdas dalam mendorong kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menjadikan program ini sebagai motor penggerak ekonomi lokal yang diyakini mampu menyerap puluhan ribu tenaga kerja serta memutar dana pusat hingga triliunan rupiah di wilayah Kabupaten Bogor.

Dalam perspektif kualitas SDM, hal ini penting karena banyak riset menunjukkan bahwa pemenuhan gizi yang baik berdampak positif terhadap kemampuan belajar dan pencapaian pendidikan. Sebagai contoh, sebuah studi di Indonesia menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung mengonsumsi makanan lebih sehat dan memiliki pola makan yang lebih baik, ini mengindikasikan hubungan antara pendidikan, gizi, dan pembentukan human capital. Dengan demikian, program MBG memiliki relevansi langsung dengan agenda nasional dalam mencetak generasi produktif yang siap menghadapi tantangan global.

Selain itu, aspek pemberdayaan ekonomi lokal menjadi salah satu pilar strategi. Pemerintah menginginkan bahan baku program MBG, seperti beras, ayam, telur, sayuran, dipasok dari koperasi desa (BUMDes) dan pelaku usaha mikro di daerah sehingga memperkuat ekonomi pedesaan sekaligus meminimalisir ketergantungan impor. Ini turut menegaskan bahwa program ini bukan hanya “asuransi sosial” semata tetapi juga bagian dari strategi pembangunan ekonomi inklusif yang menyentuh daerah-tertinggal dan memperkuat rantai pasok lokal.

Dalam satu tahun kepemimpinan ini pula, kita mulai melihat bahwa program MBG telah menjadi simbol perhatian pemerintah terhadap anak-anak Indonesia dan masa depan bangsa. Pemerintah juga mencoba menjadikan program ini sebagai “gerakan bersama” antara sekolah, keluarga, pemerintah daerah, petani dan pelaku ekonomi lokal. Sebagai contoh, Wapres Gibran dalam kunjungannya ke beberapa sekolah menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dan sekolah dalam menjaga pola makan sehat, serta pentingnya pelibatan bahan pangan lokal dalam menu program MBG.

Melihat ke depan, potensi dari program ini sangat besar—jika berhasil dilaksanakan secara efektif, maka efeknya bisa bersifat multiplikatif: anak-anak yang lebih sehat dan bugar akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik, akan menurunkan angka stunting, dan pada tingkat makro akan meningkatkan produktivitas nasional. Sementara secara ekonomi, peningkatan keterlibatan petani dan koperasi lokal dalam rantai pasok program bisa menggerakkan ekonomi desa, menambah likuiditas di pedesaan, dan mempersempit disparitas antara kota dan desa.

Tentu saja, keberhasilan jangka panjang akan sangat bergantung pada konsistensi pelaksanaan, monitoring kualitas, pengawasan gizi, dan adaptasi terhadap tantangan logistik dan keuangan. Tantangan seperti pengaturan dapur layanan, keamanan pangan, distribusi ke daerah terpencil, serta pengukuran dampak nyata masih harus terus dihadapi serta diperbaiki. Namun sebagai satu tahun pertama yang penuh dengan langkah awal dan implementasi nyata, dapat dikatakan bahwa program MBG telah meletakkan fondasi yang positif bagi pembangunan SDM dan ekonomi lokal Indonesia.

Secara ringkas, dalam satu tahun kepemimpinan Prabowo-Gibran, program makan bergizi gratis telah menunjukkan wajahnya sebagai kebijakan yang berorientasi masa depan: fokus pada gizi, kualitas SDM, dan ekonomi lokal. Meski masih banyak pekerjaan rumah, arah kebijakan ini sangat relevan dengan kebutuhan bangsa Indonesia saat ini: memperkuat sumber daya manusia dan menggerakkan ekonomi dari bawah. Dengan konsistensi, evaluasi terus-menerus, dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan pelaku ekonomi lokal, program ini bisa menjadi salah satu pilar keberhasilan Indonesia menuju era “Generasi Emas 2045”.

)* Penulis adalah Pengamat Masalah Sosial

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *