Tahun Pertama Pemerintahan Pragib: Danantara Jadi Pilar Investasi Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Rakyat

0

Oleh: Septian Anwar )*

Tahun pertama pemerintahan Prabowo–Gibran ditandai lahirnya Danantara Indonesia sebagai simpul baru pengelolaan investasi negara yang berorientasi pada keberlanjutan dan kesejahteraan rakyat. Dalam narasi pembangunan yang kerap terasa abstrak, Danantara hadir dengan mandat sederhana namun krusial yaitu mengubah potensi menjadi proyek nyata, mengalirkan modal ke sektor yang berdampak luas, dan memastikan setiap rupiah investasi berujung pada manfaat sosial, lingkungan, dan ekonomi yang terukur. Dengan cara ini, gagasan “pilar investasi berkelanjutan” tidak berhenti di tataran slogan, tetapi turun ke program yang bisa dirasakan publik sehari-hari.

Secara resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025, Danantara digambarkan sebagai badan pengelola investasi (Sovereign Wealth Fund) yang menata dan mengoptimalkan aset-aset negara sekaligus menghimpun pendanaan baru untuk prioritas strategis, mulai dari ketahanan energi, ketahanan pangan, kesehatan, hingga infrastruktur digital. Presiden menyebut komitmen awal pendanaan sebesar 20 miliar dolar AS, sinyal bahwa negara ingin bergerak cepat menutup kesenjangan pembiayaan proyek yang selama ini tertahan oleh keterbatasan fiskal dan risiko pasar.

Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani mengatakan pihaknya optimis akan dapat mencapai target investasi demi mendorong pertumbuhan ekonomi delapan persen. Keyakinan ini didukung kehadiran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang diklaim membuat investor percaya diri masuk RI. PI Danantara membuka peluang mereka untuk investasi ke Indonesia. Tidak hanya menjadi investor tunggal, namun kehadiran Danantara bisa membuat mereka bisa bekerja sama dalam membangun suatu proyek.

Dari sisi tata kelola, Danantara kerap dibandingkan dengan Temasek dan Khazanah yang berhasil menyehatkan BUMN dan mendorong transformasi ekonomi. Di Indonesia, salah satu misi besarnya adalah menata ulang portofolio BUMN agar lebih ramping, lincah, dan fokus, termasuk rencana konsolidasi jumlah perusahaan negara yang selama ini terlalu banyak dan tersebar. Arah kebijakan ini ditegaskan langsung oleh Presiden, yang menyebut target penurunan jumlah BUMN untuk meningkatkan efisiensi dan menarik minat investor melalui struktur korporasi yang lebih jelas. Tentu ada catatan dari kalangan analis agar prosesnya transparan, akuntabel, dan berpihak pada kepentingan publik.

Managing Director Treasury Danantara Indonesia, Ali Setiawan mengatakan Danantara akan menempatkan sebagian dananya di pasar modal, termasuk dalam instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Langkah Tersebut merupakan bagian dari strategi diversifikasi untuk menjaga stabilitas dan likuiditas portofolio investasi nasional. Menurut dia, hal itu bertujuan untuk menyeimbangkan antara investasi jangka panjang dan instrumen yang mudah dicairkan.

Di lapangan, portofolio awal Danantara menunjukkan fokus pada proyek-proyek berdaya ungkit tinggi. Salah satunya adalah program pembangkit listrik dari sampah (waste-to-energy) di kota-kota prioritas. Skema ini tidak hanya menekan persoalan timbunan sampah perkotaan, tetapi sekaligus menambah pasokan listrik energi terbarukan melalui perjanjian jual beli dengan PLN. Tahap awal menargetkan setidaknya delapan proyek dengan parameter keekonomian yang lebih pasti, sehingga pemerintah daerah terdorong menyiapkan lahan dan ekosistem pendukung, sementara Danantara menanggung kajian teknis serta kelayakan.

Di sektor hilirisasi mineral, Danantara mulai masuk ke ekosistem nikel yang menjadi kunci rantai pasok kendaraan listrik dunia. Kolaborasi dengan mitra global diarahkan untuk membangun kawasan industri hijau dengan target emisi bersih (net-zero) yang jelas, sehingga nilai tambah tidak hanya berhenti pada pemurnian, tetapi merembet ke manufaktur berteknologi dan standar lingkungan yang ketat. Pendekatan ini membuka peluang kerja berketerampilan, memperluas basis pajak, sekaligus mengunci Indonesia pada kurva naik industri masa depan yang lebih bersih.

Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir menjelaskan Danantara berencana menempatkan 80% dari total investasinya di dalam negeri. Upaya ini akan membawa perubahan fundamental dalam pengelolaan BUMN, di mana Danantara akan merombak bisnis BUMN secara menyeluruh. Sebagian dari investasi Danantara juga tetap akan dialokasikan di luar negeri, meskipun hanya tersisa sekitar 10 pekan sebelum akhir tahun.

Ke depan, tantangan utama adalah menjaga akuntabilitas, mengelola risiko, dan memastikan partisipasi publik dalam setiap keputusan investasi yang berdampak luas. Mekanisme pelaporan kinerja yang rutin, evaluasi manfaat sosial-lingkungan, serta kepatuhan pada syarat pembiayaan hijau internasional perlu menjadi standar kerja, bukan sekadar jargon. Bila konsistensi ini terjaga, Danantara berpeluang menjadi pilar investasi berkelanjutan yang menopang kesejahteraan rakyat secara nyata bukan hanya melalui statistik makro, tetapi lewat kualitas layanan, lingkungan yang lebih sehat, dan kesempatan hidup yang lebih adil bagi warga di seluruh Nusantara. Keberhasilan Danantara ditentukan oleh seberapa nyata manfaatnya dirasakan warga dari peluang kerja yang bermutu hingga layanan publik yang lebih merata dan ramah lingkungan. Jika tata kelola, transparansi, dan kolaborasi pusat-daerah terus dijaga, Danantara dapat menjadi bukti bahwa investasi berkelanjutan memang bisa menjadi jalan cepat menuju kesejahteraan rakyat.

)* Penulis adalah Pengamat Ekonomi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *